Menurutnya, toko buku digital memberi kesempatan pada penerbit untuk menjual buku lebih banyak tanpa terbentur hal-hal yang kerap terjadi di toko buku konvensional.
"Kalau di toko offline, space terbatas. Kalau sebuah buku dalam dua minggu enggak bergerak penjualannya, bisa mundur ke gudang," ungkapnya dalam peluncuran toko buku digital BukuOn di Jakarta, Rabu.
Di toko buku digital, tiap judul buku tidak perlu berebut lahan di etalase karena tidak ada ruang pembatas. Hal ini membuat penerbit dapat bebas memasukkan ragam judul secara leluasa ke dalam daftar penjualan buku digital.
Pembaca buku pun dapat mengakses toko buku digital kapan saja melalui gadget mereka, baik itu smartphone, tablet, maupun laptop.
Pangestu mengakui, tren digital patut dilirik oleh
penerbit buku karena makin banyak orang yang melakukan banyak hal lewat
gadget, termasuk membaca.
"Generasi sekarang jarang ada yang kelihatan baca
buku printed, banyak yang dari gadget. Kalau kita tidak menyediakan
fasilitas itu bagaimana buku akan sampai ke mereka?" tukasnya.
Lebih lanjut, dia mengemukakan penerbit Mizan telah
memulai ebook sejak tahun 1999. Saat itu, ebook yang dapat diunduh
gratis mendapat respon luar biasa dari para pecinta buku.
"Dalam seminggu diunduh 15.000 sampai server crash," ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar